Engkau melihat sehamparan langit pagi
matahari menggelinding di atas kepalamu
sesudah itu
senja mengantarnya ke punggung bukit
Engkau melihat segaris langit malam
bulan mengirim senyum ke dinding kamarmu
sesudah itu
mimpimu lelap mendengkur
Engkau melihat burung melintas dicakrawala
berkelepak menapak arahnya
sesudah itu
menghilang ditelan awan
Engkau melihat orang mati
terlentang di ruang tengah rumahmu
sesudah diberi dupa
sesudah dimandikan
sesudah dikafani
sesudah disembahyangi
ramai-ramai diusung menuju kuburan
sesudah itu,
dikeluarkan dari keranda
sesudah itu,
disurukkan kedalam liang
sesudah itu,
ditimbuni dengan tanah
sesudah itu,
dibungai rupa-rupa
sesudah itu,
dibacakan doa-doa
sesudah itu
giliranmu
barangkali !
Makassar, 1984
1 komentar:
Puisi yang sangat Indonesia. Menjiwai keindonesiaan masa kini. Bahwa kalau kita disiplin, istiqamah, maka akan dianggap keras kepala dan susah di atur.
Posting Komentar