Tiga ribu hektar tanah leluhur
yang dulu merimbun hijau
menyanyikan matakali
merengkah di lahan hatiku
Pohon-pohon arang
meredam tangis burung enggang
pilu ceruk-ceruk gua
Mereka putuskan pembuluh darahku
sungai kecil berliku
tak lagi memantulkan wajah matahari
di dahan berlumut
Mereka sekap segala firman
mereka bending mata air
menjadi kolam air mata
luruh daun-daun jati
perihnya meranggas
di ladang anak cucuku.
Bulukumba, 1988
Tidak ada komentar:
Posting Komentar